My scribbles..!

Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk menghasilkan yang terbaik.perjuangan,
pengorbanan begitu juga dengan
kesabaran dalam mengadapi masalah yang kerap selalu datang,tak ada hal sia-sia dalam hidup ini selama kita
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidup menuju kesuksesan dan kebahagiaan.. SO Nikmatilah Hidup ini dengan segala hal yang Positif
would you enjoy... gUY'z ..!



 

PRINSIP PEMBELAJARAN BERBASIS KINERJA OTAK..!

Author: Eky NoZzI

Otak adalah organ tubuh paling kompleks yang kita miliki. Otak mengandung 100 miliar sel. Ketika dihubungkan bersama-sama jumlah koneksi sel otak kita dapat diestimasi menjadi 100 triliun, melebihi estimasi jumlah atom di alam semesta yang telah dikenal. Konon, pada usia tujuh tahun, otak anak sudah terikat kuat dengan 80 persen dari segala sesuatu yang pernah ia ketahui. Semua pertumbuhan neural berikutnya dibangun dari jalur-jalur tersebut (Dennison, 2008) Artinya bila pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Oleh sebab itu masa kanak-kanak dari usia 0 - 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan. 

a. Pemanfaatan RAS
Otak menggunakan metode pemrosesan berganda dalam menggabungkan pola, mengubah makna, dan menyeleksi pengalaman hidup sehari-hari dari berbagai petunjuk yang sangat banyak. Ketika menerima stimulus, otak yang mirip jejaring, beroperasi secara simultan melakukan proses komunikasi dari sel ke sel yang diaktifkan guna memproses semua hal seperti warna, gerakan, bentuk, bau, bunyi, rasa, bahkan perasaan. Ada dua macam sel otak, yaitu glial yang berfungsi sebagai sel pendukung dan neuron yang berfungsi melakukan pemrosesan informasi (Pasiak, 2008). Tidak ada neuron yang merupakan titik terakhir karena fungsinya yang bertindak sebagai jalur penghubung informasi. 

Bahkan satu neuron dapat terhubung dengan lebih dari seribu sampai sepuluh ribu sel yang lainnya (Jensen, 2008) Untuk mengatur proses tersebut, ada sebuah sistem dasar dalam kinerja otak, yaitu sistem aktivasi retikular, yang menjadi pintu gerbang masuknya berbagai stimulus dari indera (Ginnis, 2009). SAR menentukan apa yang penting dari seluruh data yang datang, baik eksternal maupun internal, untuk dikirimkan melalui serebral korteks. Dengan kata lain ia menentukan apa yang menarik perhatian kita. Ia menentukan apa yang disaring di dalam atau luar “kesadaran”. SAR akan siap menerima informasi yang baru atau tidak biasa, yang membantu memenuhi kebutuhan fisik atau psikologis yang dapat “dirasakan”, atau yang berkaitan dengan pilihan yang kita buat. Secara fundamental, perhatian berdasarkan pada apa yang kita pandang akan memenuhi kebutuhan kita atau relevan dengan tujuan kita pada satu saat tertentu. 

Implikasi dari kenyataan tersebut bagi proses pembelajaran adalah peserta didik akan lebih termotivasi, terlibat, dan terbuka jika mereka menganggap pembelajaran yang sedang berlangsung adalah penting untuk dirinya. Konsekuensinya, seorang guru harus bisa : 

a. Memberikan kesegaran dan variasi untuk mempertahankan perhatian 
b. Memahami bahwa otak memberikan prioritas pertama untuk kebutuhan pokok 
c. Menyajikan gambaran besar dari pelajaran, apa yang dikandungnya, dan bagaimana kecocokannya dengan materi sebelumnya, dan apa kepentingannya untuk di masa mendatang. 
d. Memberikan ruang bagi tujuan personal masing-masing peserta didik dalam materi pelajaran yang sedang berlangsung, atau dengan kata lain kaitkan materi atau keterampilan tersebut dengan kehidupan sehari-harinya. 

b. Pemanfaatan Otaknya 
Otak Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak limbik sudah 80% termielinasi. Setelah umur 6 - 7 tahun mielinasi bergeser ke otak pikir. Pada akar dari mana otak baru tumbuh, area emosional terjalin melalui begitu banyak sirkuit yang berhubungan ke seluruh bagian neurokorteks. Ini memberi pusat-pusat emosi kekuatan yang besar untuk mempengaruhi fungsi dari bagian lain dari otak-termasuk pusat otak untuk pikiran. Selain emosi, dorongan untuk mencari makna (SQ) juga menjadi daya penggerak. 

Dorongan yang seringkali diistilahkan dengan adanya daya hidup, kebutuhan untuk mencari makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam setiap langkah kehidupan, setia tarikan nafas dan bahwa detak jantung. Secara anatomi, bagian-bagian tersebut dijelaskan oleh Lee (2006) sebagai berikut: 

1. Otak "Reptilia", batang otak, merupakan bagian yang mengatur insting dasar, sangat berperan dalam proses penyembuhan alami. Letaknya di bawah menghubungkan batang otak ke tulang belakang yang bertanggungjawab atas sistem saraf otonom yang berfungsi dalam menjaga kehidupan tubuh, termasuk pernapasan, pencernaan, dan sirkulasi. 

2. Otak "Mamalia", sistem limbik, yaitu bagian yang mengatur emosi, terletak di tengah. Fungsinya adalah menyimpan "Long Term Memory" atau memori yang tersimpan untuk jangka waktu lama dan ada emosi yang terkait dengannya. Bahaudin (2007) bahkan menambahkan bahwa hasil penelitian otak pada dekade 90-an menunjukkan bahwa otak emosional (limbic system) ternyata memiliki kecerdasan sendiri dan mempunyai peran sentral dalam menentukan kualitas hidup seseorang, termasuk di dalamnya adalah menentukan efektivitas proses belajar. Bagian ini seringkali disebut juga dengan otaknya otak. 

3. Otak “Primata” Besar atau Neo Mamalia atau Cortex Cerebri, merupakan pusat sensasi, pusat motoris, pusat berpikir, dan pusat penalaran. Atau dengan kata lain, bagian ini memainkan peranan sangat penting dalam berpikir rasional. Jika kerja sama antara seluruh sel saraf dalam bagian ini berlangsung baik, maka fungsi kognitif pemiliknya akan menunjukkan fungsi normal. Secara umum, bagian otak ini yang biasa dikenal dengan belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Walaupun masih menjadi perdebatan, namun pengetahuan bahwa belahan otak kiri memproses secara logika matematika sementara belahan otak kanan memproses dengan menggunakan kaidah bahasa. Ada beberapa cara guru untuk memanfaatkan kecenderungan tersebut, yaitu dengan : 
1. Mengekspresikan keyakinan akan kemampuannya dalam menolong anak 
2. Mengekspresikan keyakinannya akan kemampuan si anak 
3. Memberi sinyal non-verbal yang konsisten dengan yang dikatakan, intonasi suara, pandangan mata, dan tingkat energi
4. Memberi umpan balik yang spesifik dan cukup
5. Mendorong peningkatan dengan melalui tantangan yang sekiranya bisa diselesaikan oleh anak. 

c. Pemanfaatan Peta Koneksi 
Koneksi antara sel-sel yang tercipta sebagai hasil dari pengalaman membentuk peta kognitif yang sifatnya sangat personal. Pembelajaran terjadi ketika peta-peta ini atau jaringan-jaringan itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Semakin terkoneksi jaringan-jaringan tersebut maka semakin besar pemaknaan yang diperoleh seseorang dari proses pembelajarannya. Itulah sebabnya kenapa konsep-konsep yang sama sekali baru pada awalnya sulit sekali untuk dicerna; jaringan yang sudah ada perlu waktu untuk berekspansi guna mendukung asosiasi baru tersebut (Jensen, 2008).Dengan demikian, pembelajaran, jika ditinjau dari bidang neurosains, merupakan modifikasi respons terhadap rangsangan sepanjang waktu (Dennison, 2008). Konsekuensi logis dari pentingnya koneksi-koneksi tersebut terjalin, maka, menurut Ginnis (2007), seorang guru akan menghadapi tiga tugas utama, yaitu : 

1. Mendorong koneksi baru syaraf melalui tantangan yang menciptakan tingkat stimulasi tinggi terhadap perkembangan akson. 
2. Memperkuat koneksi yang telah ada dengan mengulang-ulang peristiwa atau keterampilan dengan berbagai cara. 
3. Mendorong peserta didik untuk menata ulang jaringan koneksi yang telah ada dengan cara mengoreksi kesalahan, memperbaiki konsep, melengkapi pemahaman, atau mengasah keterampilan. Tugas yang terakhir yang biasanya paling sulit dilakukan karena anak sudah terlanjur berada dalam comfort zone-nya. Walaupun demikian, penataan ulang tersebut dimungkinkan jika dilakukan dengan berdasarkan pemahaman bahwa pembelajaran seluruh otak merupakan antarhubungan yang spontan, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa belajar, yang berhubungan dengan semua pusat di otak. 

Ini melibatkan proses pikiran, emosi, dan jasmani yang menghasilkan perubahan permanen dalam keterampilan, sikap, dan perilaku, karena pembelajaran semacam itu tidak dangkal tetapi sepenuhnya diinternalisasi. Menurut Ginnis (2007), ada beberapa pedoman yang merupakan kunci untuk pembentukan konsep dan pemahaman yang terinternalisasi, yaitu : 

1. Dorong peserta didik untuk menemukan dan mengerjakan hal-hal untuk mereka sendiri 
2. Dorong peserta didik untuk menyampaikan ide 
3. Sudut pandang dan cara yang berbeda bisa bertemu pada tujuan yang sama 
4. Sediakan umpan balik yang interaktif, spesifik, langsung, dan menyenangkan. Selain pedoman dari Ginnis tersebut, Jensen menambahkan bahwa untuk memanfaatkan kinerja dari peta koneksi maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu : 

1. menggunakan pra-pemaparan untuk memancing korteks otak bekerja, yaitu mendeteksi dan menciptakan pola makna dari materi yang akan dipelajari dengan dunia personal si pembelajar yang unik. Pra-pemaparan yang paling optimal adalah yang menggunakan stimulus visual, misalnya dengan menggunakan peta pikiran maupun latihan visualisasi. 

2. meningkatkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan (materi/keterampilan) yang sebelumnya, karena ketika pengetahuan lama diaktifkan maka otak cenderung untuk membangun jembatan makna dengan membuat koneksi antara kedua pengetahuan tersebut. 

3. tujuan belajar yang baik adalah jika diciptakan oleh pembelajar, konkret, spesifik, mempunyai rentang waktu tertentu, dapat diukur melalui self asessment, dan dapat disesuaikan/dikaji ulang oleh si pembelajar secara periodik. 

4. melatih pemecahan masalah secara mandiri d. Pemanfaatan Siklus Kinerja kedua belah otak secara terus menerus akan mengalami siklus kerja, yaitu jika selama kurang lebih 90 menit otak kanan aktif bekerja maka otak kiri akan lebih banyak berada pada posisi beristirahat, demikian juga sebaliknya. Kata istirahat yang sudah tercantum di atas bukan berarti bahwa otak sama sekali tidak bekerja, hanya saja prosesnya lebih lambat. Penjelasan mengenai hal ini dapat diperoleh dengan mengetahui bahwa kinerja otak yang dalam hal ini adalah interkoneksi antar sel menyebabkan adanya yang disebut dengan gelombang otak dan dapat dilihat dari rekaman EEG. 

Ada empat jenis gelombang otak : pertama, Beta (12 - 38 Hz). Pada kondisi gelombang beta yang dominan, seseorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran sadar yang sangat dominan sehingga dia mampu mengerjakan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan seperti mengendarai mobil sampil bernyanyi dan mendengarkan musik. Kondisi beta akan secara otomatis berganti ke gelombang Alpha setelah otak bekerja keras selama 7 – 10 menit. Kedua, Alpha (8 – 12 Hz) di mana seseorang dalam keadaan rileks dan fokus pada satu kegiatan saja. Kondisi Alpha-Beta adalah kondisi manusia sehari-hari jika berada dalam kesadaran. Gelombang ketiga adalah Theta (4 - 8 Hz), yaitu kondisi tidur dan bermimpi. 

Kondisi theta juga dapat dicapai jika menggunakan hipnosis dalam tingkatan sedang. Pada kondisi ini seseorang akan bisa diajak untuk mengingat sampai pada saat ia masih berada dalam janin. Sementara gelombang terakhir adalah Delta (0,5 - 4 Hz) di mana seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas tanpa mimpi ataua berada dalam kondisi di hipnotis dengan tingkatan yang dalam. Pada kondisi di hipnotis dalam, seseorang dapat diajak untuk mengingat kehidupannya sebelum kelahirannya yang sekarang (past life regression). Pengetahuan baru yang diperoleh pada saat otak berada dalam gelombang alpha maupun beta baru akan diperkuat pada saat tidur (dalam kondisi theta – delta) dan dimasukkan dalam ingatan jangka panjang jika otak menyimpulkan bahwa pengetahuan tersebut memang layak untuk disimpan demi kebutuhan di masa yang akan datang. Selain fakta mengenai keberadaan gelombang otak, tubuh manusia secara umum juga mempunyai siklus aktivitas istirahat dasar yang sifatnya harian dan mingguan. 

Kenyataan bahwa siklus tubuh harian yang tidak tepat 24 jam sebagaimana waktu standar, maka konsekuensinya adalah kondisi prima seseorang akan bergeser minimal beberapa menit setiap harinya. Sementara konsekuensi dari siklus mingguan adalah adanya batas toleransi tubuh untuk bekerja keras, yaitu selama 7 hari. Dengan mempertimbangkan keberadaan siklus tersebut maka implikasinya bagi proses pembelajaran adalah adanya beberapa strategi yang perlu dilakukan untuk dapat mengelola kondisi pembelajaran secara produktif, yaitu : 

1. gunakan aktivitas yang bervariasi dalam suatu rentang waktu 
2. menjaga agar suasana tetap hidup dan tidak monoton 
3. bentuk ikatan sosial yang positif
4. menyediakan lingkungan yang aman secara emosional 
5. gunakan media yang bersifat multimodalitas 
6. berlatih untuk fokus dengan visualisasi, auditory, atau dengan sensory lainnya 
7. mendorong pembelajar untuk mengajar