My scribbles..!

Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk menghasilkan yang terbaik.perjuangan,
pengorbanan begitu juga dengan
kesabaran dalam mengadapi masalah yang kerap selalu datang,tak ada hal sia-sia dalam hidup ini selama kita
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidup menuju kesuksesan dan kebahagiaan.. SO Nikmatilah Hidup ini dengan segala hal yang Positif
would you enjoy... gUY'z ..!



 

MEMBIMBING DAN MENGENDALIKAN DIRI ANAK SEJAK USIA DINI..!

Author: Eky NoZzI

Pengendalian diri pada anak bisa dilakukan sejak ia baru lahir tentunya dengan rangsangan dan metode yang konsisten. Hingga usia tiga bulan merupakan titik kritis yang tidak boleh disepelekan dalan perkembangan seorang anak. Pada usia ini anak mengalami fase transisi yang sangat penting dimana sebelumnya anak berada dalam kandungan, tanpa mengenal waktu siang ataupun malam, tanpa bergesekan dengan udara, harus berinteraksi fisik ketika harus makan ataupun minum, berkenalan dengan kebersihan tubuh hingga pakaian maupun bersosialisasi dengan orang lain secara sangat berbeda, dan melibatkan impuls-impul terhadap panca inderanya dari luar dirinya. 

Dalam kandungan anak bisa dengan seenaknya bergerrak, tidur dan makan tanpa mengenal waktu dan tempat yang berubah-ubah, sebuah dunia yang penuh perlindungan dari ibunya atas suara, suhu maupun sentuhan orang lain yang secara langsung berinteraksi dengan inderanya. Menjadikan usia 0 hingga 3 bulan adalah fase penting untuk fondasi pengendalian emosi anak yang sangat penting dipahami oleh ibu. Pengendalian diri pada anak bukan sesuatu hal yang instan ada namun harus dilatih dengan konsisten sebab melibatkan persoalan emosi yang pada akhirnya akan berujung pada kecerdasan emosional anak. Proses mendidik atau membimbing pengendalian diri anak adalah proses yang berkelanjutan dan sama sekali tidak sederhana, anak harus dapat mengenali, melabel bahkan mengatur emosinya untuk kemudian dapat mengekspresikanya sebagai interpretasi akan emosinya secara jelas dan pas. 

Sebab pengendalian diri bagi anak akan sangat bermanfaat ketika menjalin relasi sosial maupun berinteraksi dengan orang lain semisal anak bisa memahami kapan dia harus menghentikan tangisnya, menunda keinginannya dengan tidak emosional atau marah-marah. Hal seperti diatas adalah hal yang sangat penting untuk kemudian hari dalam mengatasi keinginan maupun masalahnya dan bisa dikatakan sebagai kecerdasan emosi untuk berempati dengan orang lain, lingkungan, yang sangat berguna ketika menjalani kehidupan sosial kemasyarakatannya. Akan menjadi masalah besar ketika terjadi sebaliknya, ketika seorang anak menjadi emosional, tidak tahan banting atas permasalahannya, menang sendiri yang semakin mengundang benturan dengan lingkungan sosialnya, bukan hanya pada perkembangan berpengaruh pada perkembangan fisik namun acapkali juga berpengaruh pada pola berpikir, ketahanan berpikir dan banyak kerugian lain yang seharusnya bisa dihindari apabila bisa melalui dengan mulus tahap pengendalian diri sejak usia dini. 

Mengapa 3 bulan pertama usia bayi sangat penting? Bagi ibu muda atau yang baru pertama kali mendapatkan momongan sangat penting untuk bisa mengenali maksud dan tujuan bahasa tubuh atau apapun yang ditunjukkan sang buah hati sehingga bisa terjalin hubungan emosi yang harmonis bukan sebaliknya ketika tangisan, rengek atau kemarahan sang buah hati ketika haus, ngompol, ngantuk, bosan, atau pengin digendong akan terasa sangat sulit dipahami bahkan menjadikan rasa jengkel karena apabila ibu tidak mengenali irama tangis maupun hasrat sang bayi sehingga memberikan perlakuan yang tidak pas atau memenuhi keingingan sang anak, dan semakin menjadikannya marah atau menangis menjadi-jadi, sehingga kedua belah pihak akan sangat merasa tidak diuntungkan belum lagi akibat selanjutnya yang menjadikan peristiwa itu sebagai pengalaman anak untuk bekalnya di kelak kemudian hari. 

Obrolan, intonasi maupun kontak mata ketika saat pemberian ASI menjadi hal yang sangat istimewa bagi ibu dan bayi. Banyak hal yang bisa digali dan dikenalkan pada anak ketika hal ini, semisal melatih kesabaran dan kondisi ketika harus berganti pada susu formula saat air susu ibu sedang habis karena belum lancar, ataupun usaha pertama kali ketika mau menyusu yang harus dilatih adalah kesabaran anak dan ibu. Kata-kata verbal yang memberitahukan kondisi secara halus dan sabar akan membantu si bayi untuk bisa memahami keadaan yang terjadi plus menambah ketenangan dirinya karena kehadiran ibu yang pengertian dan sabar terhadapnya. Ini adalah awal perkenalan emosi diluar diri si bayi, apabila bisa berjalan dan berhasil dengan baik, maka pada tahap selanjutnya akan sangat mempermudah anak untuk mengenali jenis-jenis emosi diluar dirinya. Pada tahap selanjutnya hingga usia tiga tahun anak umumnya turbulensi emosi sangatlah tinggi. 

Ketika merasa senang maka akan senang sekali demikian sebaliknya. Saat membimbing anak pengendalian diri pada usia ini, ijinkanlah anak untuk mengalami berbagai perasaannya. Bagaimana rasanya ia harus menunda keinginannya dan juga perasaan-perasaan lain yang dialaminya. Bagaimanapun juga hal itu merupakan pengalaman dasar bagi anak untuk melanjutkan dan bertahan hidup kelak kemudian hari. Semisal, ketika anak menangis dikarenakan menginginkan sesuatu, orangtua perlu membiarkannya terlebih dulu dan pastikan diri si anak aman. Jangan sampai, anak membenturkan kepala atau menyakiti dirinya untuk kemudian ajak anak bicara dengan tenang. Sangat penting juga untuk tidak mudah memberikan apa yang diinginkannya dengan serta merta dan sekaligus ketika dia memintanya. 

Selain itu, belajar pengendalian diri di usia batita juga dilakukan dengan membiasakan anak untuk belajar mandiri dan tidak tergantung terutama pada baby sitter. Misal, anak diajarkan untuk belajar toilet training, menggunakan baju, memakai sepatu, mengambil air minum sendiri, dan lainnya secara sendiri. Pembelajaran kemandirian ini melatih anak untuk memecahkan masalah sendiri, seperti bagaimana ia harus bisa memasukkan kakinya ke lubang sepatu. Kemudian anak belajar membuat keputusan sendiri, misalnya apakah ia harus duduk atau berdiri agar memakai sepatunya lebih mudah, dan sebagainya. Dari pelajaran kemandirian ini anak akan belajar mengenai menunda, soal risiko semisal kalau mengambil air kebanyakan akan tumpah, belajar mengambil keputusan dari hal-hal sederhana dan kecil, dan sebagainya. Juga partisipatif dalam melibatkan anak untuk berpikir dan mempertimbangkan semisal ketika memilih mainan saat di tempat belanja, ketika memilih chanel TV, 

ketika memilih tempat wisata untuk berlibur hingga memilih pakaian ataupun makanan yang cocok buatnya, disini peran orangtua sangat penting untuk menjadi tempat labuhan wacana dan pertimbangan bagi anak sehingga anak dapat melakukan apa yang menjadi keinginannya dengan alasan dan latar belakang kepentingan yang matang dan terencana, tidak instan dan serta merta mendapatkan apa yang diinginkannya akan sangat membantu ketika berhadapan dengan orang lain di lingkungan sosialnya karena banyaknya benturan kepentingan atau perbedaan atas kepentingan pribadi dan kepentingan sosial sehingga kenyataan bahwa ada kondisi yang berbeda bisa dipahami sebagai sebuah keragaman bukannya pengucilan atas kepentingan dan kebutuhannya, juga penilaian akan ketahanan dan daya juang akan sesuatu ide dari anak ketika harus berhadapan dengan ragam penilaian yang lainnya. Apa yang diperlukan? 

1. Konsolidasi orang tua dan pengasuh anak.Anak pada perkembangangannya akan pintar juga memanipulasi emosinya, semisal ketika ibunya tidak meyetujui keinginannya maka dia akan lari ke bapak, atau mencari perlindungan pada pengasuh atau siapapun yang ada disekitarnya, dengan tidak lupa memperhatikan pula reaksi orangtua atau pihak yang bertentangan dengannya. Saat seperti ini diperlukan konsolidasi yang mantab dan konsisten karena segala reaksi akan direkam dalam otaknya. Orang tua juga harus bisa mengatur emosi agar tidak terlalu marah meledak-ledak atau apapun yang berlebihan karena akan dengan mudah ditiru oleh anak sebagai kumpulan atas aksi dan reaksi yang diterimanya, yang akan dipakainya untuk menghadapi kasus serupa dalam kehidupannya. 

2. Positif dan wajar. Reaksi orang tua yang ekstrim atau tidak menyenangkan ikut membentuk struktur otak anak secara fisik, dan meninggalkan bekas retakan yang dibawa seumur hidupnya sebagai memori. Sangat diperlukan kewajaran dan sikap positif untuk membimbing anak terhadap pengendalian dirinya. 

3. Konsisten dan persisten. Diperlukan daya tahan, keuletan dan konsisten dalam membimbing sang buah hati, memang gampang-gampang sulit, namun dengan perencanaan dan referensi yang tepat serta ketulusan dalam membimbingnya niscaya hasil yang memuaskan bisa didapatkan. Kadang konsistensi memang sangat sulit seperti ketika melihat saat pemberian reward yang dijanjikan berdasarkan tanggal atau bulan, memang harus teguh diberikan pada saat itu. Ketika banyak ketidakkonsistenan yang diperlihatkan oleh orangtua maka anak pun dengan mudah bisa memanipulasi apapun yang hasilnya nanti akan sangat berbeda.