Eating disorders (gangguan makan)
merupakan suatu sindrom psikiatrik yang ditandai oleh pola makan yang menyimpang yang terkait dengan karakteristik psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh dan berat badan. Berdasarkan DSM
IV, ada tiga bentuk gangguan makan yaitu :
anoreksi nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan gangguan makan yang tidak tergolongkan.
Dampak gangguan makan pada anak dan remaja tergantung pada berat dan lamanya gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan terjadi dalam waktu beberapa hari saja terjadi deplesi energi yang akut tanpa gejala yang nyata, akan tetapi bila berlangsung lama dapat berakibat hambatan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian.
Dalam menegakkan diagnosis AN dapat digunakan kriteria diagnosis menurut WHO 1992 atau DSM IV. Kriteria AN menurut WHO 1992 sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan paling sedikit 15 % dari yang seharusnya atau body mass index (BMI) di bawah 17,5.
2. Penurunan berat badan terjadi akibat perlakuan diri sendiri dengan cara menghindari makanan berlemak, olah raga, muntah atau purgasi.
3. Gangguan pada citra badan (body image), merasa masih gemuk meskipun sudah sangat kurus.
4. Gangguan endokrin pada wanita berupa amenore dan pada pria berupa impotensi dan hilangnya ketertarikan seksual.
5. Jika terjadi pada masa prapubertas, perkembangan pubertas tertunda atau dapat juga tertahan.
Menurut DSM IV kriteria AN sebagai berikut :
1. Adanya rasa takut menjadi gemuk.
2. Gangguan persepsi pada salah satu dari berat badan, ukuran atau bentuk tubuh.
3. Menolak untuk mempertahankan berat badan lebih dari berat badan normal minimal.
4. Tidak mengalami siklus menstruasi paling sedikit tiga kali secara berturut-turut.
Diagnosis BN dapat ditegakkan berdasarkan kriteria WHO 1992 sebagai berikut :
1. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan disertai ketagihan (craving) terhadap makanan yang tidak dapat dilawan.
2. Muntah, purgasi atau penggunaan obat-obat seperti amfetamin, obat diit, diuretik dalam upaya untuk mencegah efek akibat makan berlebihan.
3. Gejala psikopatologinya berupa ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat badan sehat atau optimal.
Menurut DSM IV kriteria BN sebagai berikut :
1. Episode makan berlebihan yang berulang.
2. Selama makan berlebihan ada perasaan takut untuk tidak dapat berhenti makan.
3. Menginduksi diri sendiri secara teratur melalui muntah, pemakaian laksansia, diit ketat atau puasa.
4. Rata-rata minimal 2 kali per minggu episode makan berlebihan dalam minimal 3 bulan.
5. Episode makan berlebihan terjadi pada anak muda dengan berat badan normal atau sedikit gemuk.
Diagnosa banding pada anoreksia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN)harus dibedakan dengan :
1. Chronic fatique syndrome
Di sini gejala klinik yang timbul mirip anoreksia nervosa berupa kelelahan, iritabilitas dan memisahkan diri dari hubungan sosial, akan tetapi di sini penderita tidak menyangkal bila diberitahu bahwa status gizinya tidak memadai dan memerlukan diit yang lebih baik agar lebih sehat.
2. Alergi makanan
Alergi makanan seharusnya dipertimbangkan bila telah dilakukan uji eliminasi makanan atau penderita telah didiagnosa oleh dokter ahli alergi.
3. Depresi
Depresi pada remaja jarang menyebabkan pembatasan diit yang selektif atau penurunan berat badan yang hebat kecuali bila didahului oleh anoreksia nervosa sebelumnya.
4. Kelainan fisik tertentu seperti tumor intrakranial, tirotoksikosis dan defisiensi hormon pertumbuhan.