My scribbles..!

Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk menghasilkan yang terbaik.perjuangan,
pengorbanan begitu juga dengan
kesabaran dalam mengadapi masalah yang kerap selalu datang,tak ada hal sia-sia dalam hidup ini selama kita
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidup menuju kesuksesan dan kebahagiaan.. SO Nikmatilah Hidup ini dengan segala hal yang Positif
would you enjoy... gUY'z ..!



 

B. Eating Disorder..!

Author: Eky NoZzI

Beberapa bukti mendukung kecenderungan genetik dapat menimbulkan kekacauan pola makan. Ada sekitar 7% timbulnya anorexia nervosa pada tingkatan yang pertama berhubungan dengan pasien-pasien yang anorexic bandingkan jika timbul 1-2% di dalam populasi umum. Penelitian-penilitian pada anak kembar menunjukkan suatu tingkat kesepakatan yaitu 55% terdapat di dalam kembar monozigot, bandingkan dengan 7% di dalam kembar dizigot. Selain itu, banyak penelitian sudah menemukan penyebab tingginya kekacauan pola makan pada tingkatan awal yang dialami oleh pasien-pasien bulimic. Akan tetapi, suatu penanda genetik belum ditemukan. Leptin, salah satu hormon yang dihasilkan di dalam adiposit-adiposit dan dengan mudah terlibat dengan pemberian isyarat kekenyangan yang berlebih, memiliki peranan dalam penyebab timbulnya penyakit yang berhubungan dengan kekacauan pola makan. 

1. Pasien-pasien anorexic mengalami pengurangan jumlah leptin pada awalnya, yang kemudian meningkat secara berlebihan ketika berat badan bertambah. Satu kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat kelainan penerimaan rangsangan pada leptin dengan dengan petunjuk kekenyangan yang tidak merespon secara normal. 

2. Pasien-pasien bulimia nervosa atau kekacauan pola makan akibat pesta minum minuman keras dan makan yang berlebih kelihatannya memiliki suatu respon serotonin yang tumpul terhadap makan dan kekenyangan. Dengan respon kekenyangan yang berlebih itulah makan pasien-pasien melanjutkan untuk makan terus, yang mengakibatkan ke arah makan berlebihan. Perawatan dengan pengambilan penghambat pada serotonin secara selektif (SSRI) bertujuan untuk menyeimbangkan rasa kenyang yang ada dalam diri. Harus dilakukan banyak riset untuk mengetahui faktor-faktor mana yang merupakan penyebab dan faktor-faktor mana yang merupakan akibat dari gangguan makan ini. Teori psikologis tradisional sudah banyak menyarankan faktor-faktor yang mungkin bisa dijadikan pedoman dalam berkembangnya gangguan makan ini.

  3.Penegasan dari ibu terhadap anak perempuannya bahwa usia remaja belum dapat mengembangkan identitasnya sendiri (suatu kunci terhadap perkembangan masa remaja), mungkin merupakan salah satu pengaruh. Remaja diperbolehkan mengatasi hal ini dengan pengawasan yang sangat tegas terhadap makanan. 

4. Teori yang kedua melibatkan hubungan antara ayah dan anak perempuannya yang memiliki jarak. Ketika masa pubertas dan hasrat yang ada pada anak perempuan mulai muncul, seorang ayah mengalami kesulitan dalam berbagi pengalaman seksual dengan anak perempuannya, sehingga respon yang terjadi adalah saling menarik diri baik secara fisik, mapupun emosi. Secara tidak sadar, anak perempuan akan mengurangi masukan makanan agar dirinya bisa mengalami prepubertal lagi. 

5. Teori ketiga berhubungan dengan pubertas diri sendiri. Beberapa remaja, untuk berbagai pertimbangan psikologis, mengalami ketakutan ataupun ketidaksukaan akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Oleh karena itu, mulailah membatasi makanan yang masuk, menurunkan berat badan, menghentikan menstruasi, dan membalikkan perkembangan pubertal. Kombinasi yang dihasilkan dari kejadian-kejadian yang tidak beralasan itulah yang memunculkan pesan-pesan yang berbunyi "kurus itu indah/cantik," "gemuk itu jelek/buruk," atau "kuning itu buruk," menciptakan suatu lingkungan yang kompleks yang mempengaruhi para remaja untuk mengalami gangguan makan. 

B. Tunaganda 
Tunaganda atau cacat berat dapat disebabkan oleh kondisi yang sangat bervariasi dan yang paling banyak adalah oleh sebab biologis yang dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah kelahiran. Pada sebagian besar kasus adalah karena kerusakan pada otak. Anak yang tergolong tunaganda lahir dengan ketidaknormalan kromosom terjadi seperti pada down syndrome atau lahir dengan kelainan genetik atau metabolik yang dapat menyebabkan masalah-masalah berat dalam perkembangan fisik atau intelektual anak, komplikasi-komplikasi pada masa anak dalam kandungan termasuk kelahiran permatur, ketidakcocokan Rh dan infeksi yang diderita oleh ibu. Seorang ibu yang bergizi rendah pada saat mengandung atau terlalu banyak obat-obatan atau alkohol dapat pula menyebabkan anak menderita cacat berat. Pada umumnya, anak-anak yang tergolong tunaganda sering dapat diidentifikasikan pada saat atau tidak lama setelah kelahiran. 

Disamping itu, proses kelahiran itu sendiri juga mengandung bahaya-bahaya tertentu dan terdapat komplikasi-komplikasi. Cacat berat dapat disebabkan misalnya, bayi yang terserang kekurangan oksigen dan luka pada otak dalam proses kelahiran, dalam perkembangan hidupnya mengalami cacat berat karena pada kepalanya mengalami kecelakaan kendaraan, jatuh, pukulan atau siksaan, pemberian nutrisi yang salah, anak yang tidak dirawat dengan baik, keracunan atau karena penyakit tertentu yang dapat berpengaruh terhadap otak (seperti meningitas dan encephalitis ). Namun demikian, walaupun secara medik telah ratusan yang dapat diidentifikasi sebab-sebab kecacatan mereka, ada banyak hal atau kasus yang tidak dapat ditentukan secara jelas sebab-sebabnya. Sedangkan yang berkaitan dengan autisme, secara khusus belum diketahui penyebabnya, tetapi dimungkinkan penyebabnya adalah majemuk, ketidaknormalan otak atau ketidakseimbangan biokemik yang dapat merusak persepsi dan pengertian.