My scribbles..!

Kesederhanaan bukanlah penghalang untuk menghasilkan yang terbaik.perjuangan,
pengorbanan begitu juga dengan
kesabaran dalam mengadapi masalah yang kerap selalu datang,tak ada hal sia-sia dalam hidup ini selama kita
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidup menuju kesuksesan dan kebahagiaan.. SO Nikmatilah Hidup ini dengan segala hal yang Positif
would you enjoy... gUY'z ..!



 

3. Faktor Psikologis..!

Author: Eky NoZzI

Selain karena faktor fisik, masalah sulit makan pada anak juga dapat disebabkan karena proses perkembangan selera dan kemampuan makannya yang berkembang sejalan dengan perkembangan organ-organ fisik termasuk sistem pencernaannya. Disinilah sering timbul masalah sulit makan yang kerap kali dibarengi dengan gangguan psikologis. Mengisap puting susu bagi bayi merupakan kebutuhan utamanya. Di samping ia mendapat makanannya, mengisap puting susu juga merupakan sumber kenyamanan dan rasa aman bagi bayi. Namun ada kalanya bayi tidak mau menyusu. 

Di samping karena gangguan fisik, mungkin hal ini disebabkan suasana hati ibu yang sedang tidak enak. Suasana hati ibu dapat mempengaruhi refleks pengaliran susu, sehingga susu yang keluar hanya sedikit, akibatnya bayi kesal dan tak mau menyusu. Waktu dan suasana sekitar saat menyusui juga dapat mempengaruhi keinginan bayi untuk menyusu. Bayi usia 3 bulan sangat mudah terpengaruh oleh pemandangan atau suara di ruangan tempat ia menyusu. Karenanya, susuilah bayi di ruangan yang tenang dengan cahaya temaram. Dapat pula diputarkan lagu-lagu lembut yang menimbulkan rasa tenang, baik bagi ibu maupun bayi. Selain itu susui bayi dalam posisi yang nyaman bagi bayi dan ibu sendiri. Bila karena suatu sebab bayi tidak menyusu dari payudara ibu, hal itu tidak berarti ibu bisa mengabaikan begitu saja. 

Jangan berpikiran bahwa susu dalam botol merupakan segalanya bagi bayi. Kasih sayang, dekapan, dan perhatian ibu tetap dibutuhkannya. Saat memberi susu botol kepada bayi,sebaiknya ibu selalu mendekapnya, tersenyum, dan bicara kepadanya, sama seperti yang ibu lakukan bila sedang menyusuinya. Selain itu, pada usia ini bayi mulai suka menyembur-nyemburkan atau memuntahkan makanannya, disamping kemungkinan karena ia mulai tumbuh gigi, iapun mulai suka bereksplorasi dengan makanannya. Ia suka memegang, membaui, atau mengeluarkan makanannya dari mulutnya untuk diamati, kemudian dimakannya lagi. Orangtua umumnya tidak menyukai hal ini, disamping makanan berceceran, juga khawatir hanya sedikit makanan yang dimakan bayi. Disini sering timbul masalah sulit makan, anak menjadi rewel tidak mau makan karena kebutuhannya untuk bereksplorasi tidak terpenuhi. 

Fisik bayi bisa mengatur kebutuhannya sendiri, kalau bayi tidak mau makan berarti kebutuhannya telah terpenuhi. Pada dasarnya, tidak setiap waktu makan bayi harus mengkon-sumsi makanan lengkap gizi, karena kecukupan pemasukan gizi yang dibutuhkan dapat diatur dalam waktu makannya selama seminggu. Pemaksaan akan membuat suasana makan menjadi tidak menyenangkan, baik bagi bayi maupun ibu. Selanjutnya juga akan mengaki-batkan bayi mengidentikkan waktu makan de-ngan ‘siksaan’, sehingga acara makan menjadi semakin sulit bagi keduanya. Memasuki usia satu tahun, bayi dapat menunjukkan keinginan-keinginan dalam hal makanan. Ada kalanya ia menyukai satu jenis makanan saja dan menolak makanan lainnya. Tak perlu khawatir, tapi usahakan mencari makanan pengganti untuk makanan yang tidak disukai bayi. Ini pentingnya memperkenalkan makanan yang bervariasi pada anak sejak usia dini. 

Memasuki usia dua tahun, kebutuhan anak untuk bereksplorasi semakin besar. Makan bukan lagi menjadi perhatian utamanya, ia lebih senang berlari kian kemari dibandingkan harus duduk diam untuk makan. Tidak jarang anak jadi rewel apabila waktu makan tiba. Meskipun lapar, ia menolak untuk makan karena ia menganggap kegiatan makan akan menghambat kegiatannya untuk mengamati dunia sekitarnya. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan waktu dan kesabaran. Biarkan anak makan sendiri, tetapi ibu tetap mengawasi. Anak diberi peralatan makannya sendiri dan beri sedikit makanan di piringnya. Sementara itu, ibu menyuapinya dengan porsi makanan yang sebenarnya. Dengan demikian kebutuhan anak untuk bereksplorasi terpenuhi dan ibu tetap bisa memberi masukan gizi yang dibutuhkan. 

Memasuki usia ke tiga, anak mulai memasuki masa ‘negativistik’ sampai usia 4 tahun, yaitu menolak makan karena menun-jukkan ke’aku’annya. Pada masa ini, makanan yang ditawarkan kepadanya cenderung ditolak-nya. Dalam hal ini, sajikan makanan semenarik mungkin, sehingga anak tertarik untuk mema-kannya. Usahakan waktu makan ibu bersamaan dengan waktu makan anak. Melihat ibu makan, dan merasakan suasana santai di meja makan dapat membuat anak bersemangat untuk ikut makan. Mengajaknya makan bersama biasanya lebih berhasil daripada menyuruhnya makan sendiri, atau menyuapi sambil mengikuti kemana anak pergi, apalagi menyuapi sambil diselingi melakukan pekerjaan lain. Bila mempunyai dua atau tiga anak, buatlah mereka makan bersama-sama, biasanya mereka lebih bersemangat untuk makan. Pada saat lainnya, anak mungkin tidak mau makan karena memang ia tidak lapar. 

Mungkin ia terlalu banyak mengkonsumsi makanan selingan sebelum waktu makan, sehingga tidaklah tepat untuk menuntutnya makan dengan lahap. Kelelahan kadang-kadang juga membuat anak sulit makan. Pada keadaan ini lebih baik beri ia segelas susu, dan biarkan ia tidur atau beristirahat dulu. Buatlah jadwal yang mengatur kapan waktu anak untuk bermain, beristirahat dan makan. Kadang anak bosan dengan satu jenis makanan sehingga menjadi sulit makan. Seperti orang dewasa, anak juga mempunyai rasa suka atau tidak suka terhadap jenis makanan tertentu. Disinilah pentingnya mengenalkan jenis makanan yang bervariasi pada anak, sehingga bila anak bosan dengan satu jenis makanan dapat segera dicarikan alternatif makanan lain penggantinya dengan variasi me-nu yang menarik. 

Beberapa anak sulit makan dengan hadirnya seorang adik. Hal ini terjadi karena ia takut kehilangan perhatian dan ingin lebih diperhatikan oleh orangtuanya. Sebaiknya orangtua tetap sabar dan tenang. Pada saat anak rewel, tundalah dulu pemberian makan dan coba menenangkan dengan cara memberi perhatian lebih banyak kepadanya. Setelah itu coba lagi memberinya makan. Ada baiknya orangtua introspeksi diri. Apakah anak cukup diberikan kebutuhannya, bukan saja dari segi materi, namun juga segi psikologis? Cobalah untuk lebih sering memberikan pelukan, ciuman, dan dekapan pada anak. Seringlah melakukan kegiatan bersama anak, misal membaca buku bersama, bermain, atau berjalan-jalan. Dengan demikian anak tidak mencari perhatian orangtuanya dengan tingkah laku yang menjengkelkan.